Fulan Fehan: Magis, Surga Tersembunyi dan Potensi Unggulan Dongkrak PAD Belu

Atambua, GerbangNTT. Com - Fulan Fehan (FF) yang terletak di Desa Dirun, Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur mempunyai sejumlah keunikan yang membuatnya menarik untuk disambangi.

Selain keindahan alam yang tak kalah cantik dengan pegunungan Eropa, ada kekayaan sejarah dan budaya yang masih terus dilestarikan.

Padang FF yang berada persis di kaki gunung Lakaan ini serupa surga tersembunyi yang berpotensi besar sebagai sektor wisata unggulan untuk mendongkrak Pendapatan Asli Daerah (PAD) wilayah yang berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste itu.

Berjarak 42 KM dari Kota Atambua, melalui Desa Weluli, FF dapat ditempuh kurang lebih satu jam dan sekitar 30 KM menempuh jalan sabuk perbatasan hingga di ujung aspal Desa Dirun.

Gubernur NTT Kagum

Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat mengakui bahwa Padang Sabana Fulan Fehan sangat indah dan memiliki nilai magis yang sangat mengagumkan.

Pujian itu dilontarkan orang nomor satu di bumi flobamora itu saat bersama rombongan meninjau langsung lokasi yang sudah tiga kali digelar Festival Seni Budaya dalam kunjungan kerjanya (Kunker) di Kabupaten Belu, Senin (11/02/2020).

Menurut VBL begitu akrab dikenal, Belu sebagai kabupaten perbatasan harus bertumbuh ekonomi dan kemasyarakatannya. Sektor pariwisata menjadi salah satu kekuatan Kabupaten Belu, khususnya Fulan Fehan. Selain itu ada juga pantai utara yang menjadi andalan sektor pariwisata di wilayah perbatasan RI-RDTL itu.

“Fulan Fehan mempunyai nilai magis yang bila dikerjakan dengan benar maka dapat membuat pertumbuhan ekonomi baru di Kabupaten Belu," tandasnya.

Pada kesempatan itu, Gubernur VBL berjanji akan mendatangkan desainer terbaik di Indonesia untuk mengelola kawasan Padang Sabana Fulan Fehan.

"Nanti kita cari desainer yang baik untuk mengelola kawasan Padang Fulan Fehan, sehingga Festival Fulan Fehan dapat memberikan dampak kepada ekonomi yang baik kepada rakyat Belu," katanya.

Lebih lanjut, mantan Anggota DPR RI itu mengemukakan bahwa, jika ekonomi rakyat bergerak, orang harus datang dan tidur dikawasan itu.

"Di tempat ini orang bisa menari, menyanyi, minum kopi Lakmaras asli Belu, makan cokelat kelor, sup kelor dan sopia. Semua jenis produk lokal khas NTT dan Kabupaten Belu harus tersedia di tempat ini," ujarnya.
Penyumbang PAD 10 M

Fulan Fehan menurut Gubernur adalah tempat hebat, jadi harus ditata secara terpadu. Bukan hanya Dinas Pariwisata saja, tetapi semua Dinas yang berkaitan seperti Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian. Selain itu harus tersedia cottage.

“Tempat ini terlalu indah. Satu tahun bisa menyumbang minimal 10-20 miliar per tahun," tandasnya.

Gubernur NTT juga meminta agar akses jalan menuju Fulan Fehan diterapi kembali.

“Kita duduk sama kabupaten, mereka tangani yang perbaikan ringan dan kita tangani yang rusak parah dengan cara dihibahkan. Banyak tikungan jalan yang sangat tajam sehingga perlu dirubah," ucapnya.

Gubernur NTT juga menyampaikan, agar pelaksanaan Festival Fulan Fehan dapat digelar selama satu minggu, sehingga ekonomi rakyat terus bergerak.

"Saya minta kepada Camat, Kepala Desa Dirun dan Maudemu agar akses transportasi ke Fulan Fehan hanya menggunakan kuda, jangan ada kendaraan lain masuk kedalam padang,” pintanya.
Design Formula A5

Setelah mengunjungi dan meninjau FF, Pada Selasa, (12/02/2020) dalam rapat kerja bersama Wakil Bupati Belu, pimpinan instansi vertikal, pimpinan OPD, para Camat, Kepala Desa, Lurah, tenaga kesehatan dan guru di gedung Graha Kirani Atambua, Gubernur VBL meminta Pemkab Belu dalam hal ini Dinas Pariwisata Kabupaten Belu agar merubah cara kerja dalam mengelola pariwisata di Kabupaten Belu khususnya obyek wisata Fulan Fehan.

Cara kerja yang dimaksud Gubernur VBL adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Belu harus membuat grand design pengembangan obyek wisata Fulan Fehan dengan menggunakan formula 5a (amenity, accessibility, accommodation, attraction dan activity).

Amenity/fasilitas. Maksudnya, Pemkab Belu perlu menyiapkan restoran atau warung tempat menjual makanan dan minuman khas Belu agar pengunjung bisa membeli. Selain itu, fasilitas kamar mandi, toilet juga merupakan hal yang mutlak untuk disiapkan.

Attraction/atraksi. Gubernur menginginkan, agar di atas padang Fulan Fehan ada atraksi unik yang dilakukan secara rutin, misalnya atraksi tunggang kuda, fashion show tenun kas Belu yang dilakukan secara rutin, dan kegiatan atraksi lainnya yang dapat memikat wisatawan untuk mengunjungi Fulah Fehan.

Activity/aktivitas. Agar Fulan Fehan menjadi obyek wisata yang menghasilkan uang, harus ada aktivitas yang didesign agar pengunjung tidak hanya menghabiskan waktu untuk memandang kabut saat berada di atas padang Fulan Fehan.

Accsessibility/aksesibilitas. Gubernur VBL meminta Dinas terkait agar bekerja kolaboratif untuk menciptakan kemudahan akses ke Fulan Fehan. Kemudahan akses yang dimaksud tidak hanya sebatas pada jalan, tetapi perlu disiapan alat transportasi seperti bus yang memadai sehingga ketika tamu mendarat di Bandara Haliwen, sudah ada armada yang siap mengangkut turis menuju Fulan Fehan.

Accomodation/Akomodasi. Di sekitar padang Fulan Fehan harus disiapkan tempat penginapan seperti pondok/cotage atau bangunan vila-vila kecil khas Belu sehingga apabila ada wisatawan yang mau menginap, wisatawan tidak harus kembali ke Atambua yang jaraknya jauh dan melelahkan. Sebab apabila tidak disiapkan maka pengunjung hanya kesana untuk sekedar foto-foto dan tidak berdampak pada pengembangan pariwisata termasuk ekonomi masyarakat sekitar Fulan Fehan.

“Pariwisata mesti menjadi prime mover. Karena itu, 5A utama harus benar-benar diterapkan,” tegas Gubernur.
Kadis Pariwisata Optimis

Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Belu, Eddy Bere Mau menyatakan sikap optimis jika Fulan Fehan dikelola secara komprehensif dan maksimal sesuai dengan grand design yang disampaikan Gubernur, maka tidak mustahil, Fulan Fehan bisa meberikan pemasukan PAD 10M kepada Pemkab Belu.

Eddy mengatakan bahwa saat ini Dinas Pariwisata kabupaten Belu tengah melakukan pembenahan dan peningkatan sarana dan prasarana di Fulan Fehan.

“Konsep pengelolaannya sudah klop seperti yang Pak Gub sampaikan itu dimana dalam waktu dekat, bersama dinas terkait kami lakukan identifikasi dan pemetaan potensi pertanian, peternakan dan industri (SDA dan SDMnya) serta obyek-obyek wisata lain pada desa-desa sekitar kawasan fulan fehan, termasuk ketersediaan daya dukung air dan listrik,” jelas Eddy.

Apabila data sudah lengkap, maka akan dilakukan kajian komprehensif guna menentukan konsep penataan kawasan (Grand Design) menurut zonasi peruntukannya seperti zona wisata utama, zona akomodasi, zona pendukung (pertanian, peternakan, industri dsb) dan zona lindung.

Namun konsep yang tengah dikembangkan Dinas Pariwisata Belu ini masih akan dikoordinasikan dengan Pemprov NTT sehingga pemahaman konsep pengembangan kawasan ini selaras.

Apabila telah ada kesepakatan bersama antara Pemprov dan Pemkab terhadap konsep penataan tersebut maka tahap selanjutnya perlu ada kesepakatan terkait intervensi program baik dari Pemprov NTT maupun pemkab Belu.

Guna mendukung tercapainya pengembangan wisata Fulan Fehan seperti sarana akomodasi dan sarana pendukung lainnya, pada tahun 2020 ini Pemkab Belu melalui Dispar mengalokasikan dana senilai 1,3 M untuk membangun penginapan berupa cottage dan rest area.

Dengan jumlah dana terbatas, akui Eddy, tentu belum banyak yang bisa dibuat Pemkab Belu. Namun, paling tidak rest area sudah bisa disediakan, toilet dan lapak-lapak untuk masyarakat bisa berjualan serta cottage/penginapan dengan konsep ramah lingkungan.

“Memang harus diakui bahwa utk mewujudkan sarana akomodasi serta fasilitas penunjang selayaknya tempat wisata yang ideal kita masih terkendala pada sumber daya air dan listrik,” jelas Eddy.

Eddy berharap, Pemprov NTT bisa segera ikut mengintervensi pengadaan sumber air dan listrik pada kawasan Fulan Fehan sehingga mimpi besar Gubernur NTT terkait Fulan Fehan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi bagi Belu dapat terwujud di waktu yang akan datang.

Meski diakui bahwa penataan Fulan Fehan menjadi sumber pendapatan daerah bukan merupakan hal yang mudah, namun Eddy optimis bahwa apabila semua elemen bersinergi dalam mengembangkan pariwisata Fulan Fehan maka dalam jangka menengah hal tersebut dapat terwujud.

“Kalau semuanya terwujud sesuai idealnya konsep tersebut, saya optimis bisa tercapai. Waktunya apakah dalam jangka menengah atau jangka panjang kembali lagi soal bagaimana kemampuan keuangan daerah dan dukungan pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat” tutup Eddy.

[No/G-Ntt]
Lebih baru Lebih lama