Patung Bunda Maria di Teluk Gurita: Ikon Baru dan Tertinggi se Asia Tenggara


Atambua, GerbangNTT. Com – Bukit Teluk Gurita di Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT) mendadak viral dan menjadi buah bibir di kalangan masyarakat NTT.
Lokasi Teluk Gurita yang berada di perbatasan RI-RDTL itu tidak saja menjadi perbincangan warga NTT, tetapi juga warga Indonesia pada umumnya dan warga negara tetangga Timor Leste bahkan warga di se Asia Tenggara.
Hal itu terungkap setelah adanya pemberitaan media baik media online, cetak dan media elektronik termasuk media social (Twiter, Instagram dan Facebook-red) sejak akhir tahun 2019 lalu hingga awal tahun 2020 ini.
Tidak saja viral dan menjadi bahan perbincangan, Teluk Gurita yang ada di Kabupaten Belu yang dijuluki “Tanah SAHABAT” itu juga menjadi magnet baru dan dapat memikat siapa saja untuk datang dan berkunjung ke lokasi tersebut.  
Iya, Teluk Gurita mendadak viral dan menjadi bahan perbincangan serta magnet baru karena, di sana, Pemerintah Kabupaten Belu dibawah kepemimpinan Bupati Belu, Willybrodus Lay dan Wakil Bupati Belu, JT Ose Luan berhasil membangun dan mentahtakan Patung Bunda Maria di atas Bukit Teluk Gurita yang berada persis di pinggir laut tersebut.
Patung Bunda Maria itu dibangun setinggi 32 meter, sementara tempat pentatahan patung setinggi 9 meter sehingga ketinggian patung mencapai 41 meter. Dikabarkan, patung “Bunda Pelindung Segala Bangsa” itu tertinggi di NTT setelah Patung Bunda Maria di Bukit Keling-Nilo, Desa Wuliwutik, Kecamatan Nita Kota Maumere Kabupaten Sikka, Provinsi NTT dan bahkan tertinggi se Asia Tenggara setelah setelah Patung Bunda Maria Assumpta di Goa Maria Kerep Ambarawa (GMKA) Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Terletak 28 kilo meter dengan waktu tempuh kurang lebih 30 menit dari Kota Atambua, setiap warga yang berkunjung akan terpukau melihat patung Maria dengan nama “Bunda Pelindung Segala Bangsa” menjulang tinggi ke langit itu.
Keberadaan Patung Bunda Maria itu, tentu saja menjadi ikon baru yang merupakan geliat Pemerintah Daerah (Pemda) Belu dibawah nahkoda Bupati Lay dan Wakil Bupati Ose Luan untuk terus mendorong potensi kota kecil di beranda depan NKRI itu untuk terus dilirik dan dikunjungi banyak orang baik local maupun manca negara.    
Awal Dibangun (Bangunan Fisik)
Pembangunan tahap pertama (Bangunan Fisik) Patung Bunda Maria dikerjakan PT Enviture Mulia Persada selama 7 bulan terhitung tanggal kontrak 17 Mei 2019 hingga 23 Desember 2019.
Pembangunan Patung ini dibiayai APBD II Kabupaten Belu tahun 2019 senilai Rp 16 M.
Dibangun di atas lahan seluas 5,9 Ha milik Warga Suku Kaliduk, Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu yang diserahkan kepada Pemda Belu.
Sebagai kompensasi atas lahan yang diserahkan oleh warga Suku Kaliduk, pemerintah dan warga Suku Kaliduk menyepakati beberap hal, salah satunya revitalisasi tiga rumah adat Suku Kaliduk yang sudah dilakukan dan telah diresmikan Bupati Belu, Willybrodus Lay.
Adapun tiga rumah Adat Suku Kaliduk diantaranya, Rumah Adat Kaliduk Uma katuas, Rumah Adat Kaliduk Uma Meo dan Rumah Adat Kaliduk Uma Bei Hale yang terletak di Teluk Gurita, Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak.
Dibuka Sementara Saat Natal dan Tahun Baru 2019
Setelah pembangunan tahap pertama (Bangunan Fisik) selesai dikerjakan pada 23 Desember 2019, Pemda Belu melalui Bupati Belu, Willybrodus Lay berinisiatif membuka sementara lokasi pembangunan Patung Bunda Maria sehingga dapat dikunjungi warga saat Natal 25 Desember 2019 dan Tahun Baru 2020.
Kebijakan Bupati Lay untuk membuka sementara lokasi Patung sebagai kado Natal dan Tahun Baru itu dilakukan sejak 24 Desember 2019 hingga 5 Januari 2020.
Meski hanya dibuka untuk sementara waktu karena akan dilanjutkan pengerjaannya, lokasi Patung Bunda Maria itu benar-benar memikat masyarakat kabupaten Belu, TTU, Malaka, Kupang bahkan di luar pulau Timor.
Kunjungan warga membludak dan tercatat mencapai 20an ribu pengunjung hingga penutupan kembali lokasi Patung itu untuk dilakukan pekerjaan lanjutan penataan kawasan obyek wisata religi itu.
Pembangunan Lanjutan (Lanscape)
Pemerintah Daerah (Pemda) Belu telah mengganggarkan dana untuk proyek lanjutan pembangunan landscape Patung Bunda Maria di teluk Gurita, Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, NTT.
Bupati Belu Willybrodus Lay mengatakan bahwa pihaknya telah mendapat persetujuan dari DPRD terkait nilai anggaran pembangunan landscape Patung Bunda Pelindung Bangsa pada tahun anggaran 2020 ini.
"Kami telah mendapat persetujuan DPRD untuk lanjutan pembangunan landscape PBMPSB dianggarkan pada tahun ini dengan besaran nilai Rp 9 milyar," ungkap Bupati Lay kepada wartawan, Senin (13/01/2020).
Pembangunan fisik Patung Bunda Pelindung Segala Bangsa itu sendiri lanjut Bupati Lay, nilai anggarannya sebesar Rp 16 milyar dan pekerjaan fisik patung tersebut telah selesai.
"Pekerjaan fisik patung telah selesai, dan tahun ini kami telah menganggarkan pembangunan landscape dan rencananya dalam tahun ini segera dilaksanakan," ujar Bupati Lay.
Dikelola Tarekat
Setelah selesai pembangunan landscape (ditata secara baik kawasan wisata religi) Patung Bunda Maria yang terletak di Teluk Gurita, Desa Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak Kabupaten Belu akan diserahkan kepada salah satu tarekat untuk mengelolahnya.
Hal ini disampaikan Bupati Belu di sela-sela kegiatan pengresmian Tiga buah Rumah Suku Kaliduk, Jumad (10/01/2020), di kawasan obyek wisata Teluk Gurita.
Dikatakan, Saat ini pembangunan fisik Patung Bunda Maria sudah selesai seratus persen, namun perlu penataan lanjutan landscapenya.
“Dalam Tahun anggaran 2020 Pemerintah telah mengalokasikan tambahan anggaran sebesar sembilan miliar lebih untuk penataan lokasi sekitar Patung Bunda Maria, dan telah disetujui DPRD Belu. Setelah selesai ditata akan diserahkan pada salah satu tarekat atau suster-suster yag telah berpengalaman dalam menangani obyek wisata Rohani untuk mengelolahnya,” jelas Bupati Lay.
Terkait tarekat mana yang akan mengelolanya, orang nomor satu di Kabupaten Belu ini mengatakan akan dibicarakan terlebih dahulu dengan yang mulia Uskup Atambua – Mgr. Dominikus Saku, Pr.
“Pemerintah akan meminta masukan dari Bapa Uskup Atambua sebelum menentukan pihak yang akan mengelola kawasan obyek wisata Rohani patung Bunda Maria ini. Selain masukan dari bapa Uskup, Pemerintah juga akan mendengar masukan dan tanggapan dari masyarakat terkait rencana ini,” tegasnya.
Kesempatan itu Bupati Lay meminta kepada masyarakat setempat agar bersama-sama menjaga lokasi Patung Bunda Maria agar tetap bersih dan bebas dari sampah plastik serta memanfaatkan peluang ekonomi apabila sudah selesai dibangun dan dibuka untuk umum.
"Kedepannya lokasi Patung Bunda Maria akan sangat ramai dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai tempat, maka saya minta kepada masyarakat setempat selalu menjaga lokasi sekitar patung tetap bersih dan bebas sampah plastik serta masyarakat juga dapat memanfaatkan peluang ekonomi dengan menjual berbagai jajanan dan aksesoris yang mampu menarik kunjungan serta meningkatkan perekonomian masyarakat setempat," pinta Bupati Lay.
[G-NTT/Tim]
Lebih baru Lebih lama