Atasi Kerusakan Jalan Akibat Longsor, Pemkab Belu Minta Teknisi Lakukan Penelitian


Plt. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Belu, Vincent K. Laka
ATAMBUA, GerbangNTT. Com–Pemerintah Kabupaten Belu tengah melakukan upaya untuk mengatasi kerusakan jalan yang terjadi di Wilayah Kabupaten Belu, Timor Barat, Perbatasan RI-Timor Leste.

Salah satu jalan yang saat ini rusak parah yang harus diperbaiki adalah ruas jalan Weluli-Fulur di Kecamatan Lamaknen, Kabupaten Belu.
Pasalnya, proyek pembangunan jalan tersebut baru saja selesai dikerjakan pada akhir tahun 2018 dengan anggaran yang bersumber dari APBD 2 sebesar Rp 18,8 Milyar namun sudah rusak akibat terjadinya longsor.
“Terkait longsornya jalur weluli fulur, kita sudah komunikasi dengan teman-teman Politeknik Kupang akan melakukan penelitian,” kata Plt. Kepala Dinas PUPR Kabupaten Belu, Vincent K. Laka kepada gerbangntt.com ketika ditemui di ruang kerjanya, Selasa (11/06/2019) pagi.
Penelitian tim teknisi jelas Eng Laka begitu akrab dikenal, akan dilakukan dalam pekan ini. Tidak saja jalan Weluli-Fulur, tetapi juga jalan lain yang sering longsor seperti di Nanaet Duabesi dan Raimanuk.
“Hari Kamis ini sudah berada di Kabupaten Belu, dan mungkin sehari setelah itu mereka sudah melakukan penelitian terhadap kondisi beberapa ruas jalan sesuai yang kita minta jalur Weluli-Fulur, Halilulik-Fatubesi menuju Nanaet Duabesi dan jalan Labour-Uarau menuju Raimanuk,” terang Eng Laka.
Menurutnya, penelitian ruas jalan Weluli-Fulur, Halilulik-Fatubesi menuju Nanaet Duabesi dan jalan Labour-Uarau menuju Raimanuk itu perlu dilakukan sehingga dapat menghasilkan rekomendasi yang tepat untuk penanganan kedepannya agar tidak terjadi lagi longsor yang mengakibatkan jalan-jalan tersebut kembali rusak.
“Sesuai pantauan kami jalan-jalan ini yang rawan terjadi longsor pada musim hujan yang akan datang. Untuk itu penelitian menjadi rekomendasi bisa memberikan kita acuan untuk penanganan secara tepat,” ujarnya.
Karena untuk beberapa lokasi, Eng menuturkan Pemerintah masih punya pilihan untuk memindahkan sumbu atau trase jalan, tapi untuk jalur Weluli-Fulur tidak ada pilihan jalan lain.
“Kita harus menangani secara tuntas. Semisal di lokasi Lantoromil, karena terjadi patahan pada jalur kiri-kanan di ruas jalan itu. Sebelah kiri 20-30 meter, termasuk juga sebelah kanan 20 meter. Takutnya jika musim hujan terjadi pergeseran lagi,” urai Eng.
Dirinya berharap hasil penelitian yang tepat sehingga menjadi acuan untuk pihaknya dapat menangani kondisi ruas jalan ini dengan tepat pula.
“Jadi dari hasil penelitian dari teknisi ini kita berharap menjadi acuan untuk kita tangani segera,” imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, sesuai pantauan Media ini, Selasa (04/06/2019) di lokasi ruas jalan Weluli-Fulur tepatnya di sekitar kampung Lamtoromil, kondisi jalan yang baru dikerjakan itu mengalami kerusakan parah akibat longsor.
Akibatnya, kondisi jalan tersebut nyaris putus dan bahkan sulit untuk dilintasi.
Tidak jauh dari titik pertama, sekitar 50 meter ke depannya, terdapat titik longsor yang lebih parah di bagian kiri  jalan dan menyebabkan jalan hampir putus.
Tidak hanya dua titik ini, namun masih terdapat beberapa kerusakan yang nampaknya sudah ditambal sulam oleh kontraktor pelaksana.
Kendati demikian, upaya yang dilakukan tidak mampu memperbaiki kerusakan yang sudah parah.
Dari arah Weluli ke Fulur di sebelah kanan jalan terdapat longsoran tanah hingga separuh bahu jalannya ambruk.
Ruas jalan ini diperkirakan mengalami longsor sepanjang 1,5 hingga 4 meter.
Kontraktor Pelaksana PT Pundi Mas Bahagia, Aloysius Mintura yang dikonfirmasi Media ini membenarkan adanya kerusakan jalan yang baru dikerjakannya.
Menurut Aloysius, kerusakan jalan yang terjadi itu dikarenakan faktor alam.
Saat ini, proyek ruas jalan tersebut masih dalam status pemeliharaan dan belum dilakukan Final Hand Over (FHO) atau penyerahan akhir.
Pihaknya kata Aloysius masih menunggu petunjuk dari Dinas PUPR Belu.
“Kita masih tunggu hasil kajian tim teknis dari Politeknik Kupang. Keterangannya seperti apa kita tunggu dari Dinas teknis,” kata Aloysius.
Sebagai pelaksana, jelas Aloysius pihaknya sudah bekerja sesuai dengan RAB.
Ditanyai apakah sebelum bekerja,terlebih dahulu dilakukan kajian terkait struktur tanah, Aloysius mengatakan bahwa untuk studi merupakan wewenang Dinas terkait sedangkan pihaknya hanya berkewajiban menyelesaikan pekerjaan sesuai RAB.
"Kita kerja sesuai dengan RAB. Soal kerusakan jalan itu disebabkan longsor karena curah hujan sejak awal tahun cukup tinggi," terang Aloysius.
[g-ntt/mp]
Lebih baru Lebih lama