Operasi Patuh Lalin Jelang Ramadhan: Polantas Belu Kenakan Pakaian Adat, Pelanggar Hafal Pancasila

GerbangNTT. Com, ATAMBUA - Jajaran Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polres Belu menggelar operasi patuh lalu lintas di wilayah hukum Polres Belu, Jumat (11/05/2018).

Operasi yang digelar di pusat keramaian, Pasar Baru Atambua, Kelurahan Beirafu, Kecamatan Atambua Barat, Kabupaten Belu itu dilakukan dalam rangka cipta kondisi dengan menertibkan para pengguna baik roda dua maupun roda empat menjelang Ramadhan 1439 H tahun 2018.

Dalam operasi kali ini sangat berbeda dengan operasi-operasi sebelumnya yang menarik dan mengundang simpati saat Satuan Lalu Lintas Polres Belu menggelar operasi tertib berlalu lintas.

Hal ini lantaran anggota Satlantas  yang terlibat dalam operasi patuh ini semuanya menggunakan pakaian teradisonal adat Belu.

Kasatlantas Polres Belu, AKP Harman Sitorus melalui KBO Satlantas Polres Belu, IPDA. Mathernus Klau, SH  disela-sela memimpin operasi kepada wartawan mengatakan menggunakan pakaian tradisonal adat Belu merupakan bentuk kearifan lokal.

“Tujuannya, untuk lebih mendekatkan diri dengan masyarakat dan lebih humanis. Sehingga, lebih komunikatif dengan masyarakat,” kata Mather sapaan akrabnya.
Mather menuturkan dalam nuansa operasi patuh berlalu lintas, pihaknya senantiasa melakukan berbagai hal yang dapat menarik perhatian masyarakat, khususnya bagi pengguna jalan raya sehingga tertib dan lebih daripada itu dapat meminimalisir tingkat kecelakaan.

"Kita hanya ingin pengguna jalan sadar akan pentingnya keselamatan saat berkendara dengan tertib berlalu lintas," tuturnya.

Dalam operasi patuh tersebut, lanjut Mather pihaknya juga melakukan pemeriksaan terhadap masyarakat yang membawa senjata tajam.

"Kita juga melakukan pemeriksaan dan mengamankan jika ada pengendara yang ditemukan membawa barang tajam. Tapi dalam operasi tadi tidak ada barang tajam, hanya masih banyak pengguna jalan yang tidak tertib dan melanggar seperti berboncengan tiga, tidak pakai helm, tidak punya SIM dan STNK," ujarnya.

Terkait sanksi terhadap para pelanggar lalu lintas sendiri tambah Mather, juga unik dan berbeda dengan sebelum.

"Yang melanggar kita minta untuk sebut atau menghafal Pancasila. Jadi tidak hanya penegakkan hukum, tetapi pendekatan humanis yang bisa mencerdaskan," imbuhnya.

Salah seorang pengguna jalan, Lia Seran mengapresiasi sosialisasi yang unik ini.

Sebab, selama ini Polisi Lalu lintas memiliki imej menakutkan, karena kerap menggelar razia. Begitu tidak lengkap akan langsung kena tilang.

"Ini unik. Cukup humanis, jauh dari kesan menakutkan," ujarnya.

[g-ntt/mp]
Lebih baru Lebih lama