Hayati Pilar Toleransi, Wujudkan Kehidupan yang Harmonis Dalam Bingkai NKRI


GerbangNTT.Com, KUPANG-Keanekaragam Suku, Agama, dan Ras (SARA) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara menurut perspektif Islam adalah sunnatullah. Dengan demikian harus disikapi dengan cara–cara yang sebijaksana mungkin, sehingga selain menjadi batu ujian atas Tauhid kepada Allah Tuhan yang Maha Mencipta juga menjadi landasan motivasi dan inspirasi dalam membangun Muamalat, terutama misalnya merajut perbedaan dalam membina tata pergaulan yang harmonis dengan semua pihak guna mewujudkan cita–cita bersama.

Pilar-pilar toleransi perlu dipahami, dihayati, dan diamalkan dengan sebaik-baiknya ketika kita bertinteraksi dengan pihak lain yang berbeda suku, agama, dan ras dalam suatu sistem sosial dimana pun kita berada, sehingga terjalin suasana kehidupan di masyarakat yang harmonis.

Hal ini menjadi bagian yang terpenting dalam merajut perbedaan menuju cita – cita kita bersama warga NKRI tercinta.

Demikian paparan Dr. Ir. Mustafa Abdurrahman,MP ketika hadir sebagai salah satu narasumber dalam kegiatan seminar sehari bertajuk "Merajut Perbedaan Menuju Cita-Cita Bersama" yang di gelar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Kupang di Aula Hotel Maya Kupang, Sabtu (30/09/2017).

"Beberapa pesan khusus mengenai pilar–pilar toleransi dalam Agama sebagai pegangan bagi kita semua agar bisa menjadi acuan dalam membina toleransi di lingkungan sosial mana pun ketika berinteraksi yakni hormati dan hargai perbedaan golongan lain yang berbeda agama, suku, dan ras," ungkap Dr. Mustafa.

Selain itu, tambah Dr. Mustafa yang hadir sebagai narasumber dari kalangam Akademisi itu menegaskan bahwa, toleransi dan kehidupan yang harmonis akan terwujud jika sesama anak bangsa tidak saling menghina dan menista ajaran agama lain, termasuk penodaan symbol-simbol keagamaannya, serta tidak mengejek atau mengolok-olok kaum atau umatnya.

"Tidak boleh mencampuri urusan peribadatan agama lain. Bekerja sama dan saling tolong menolong dengan pihak mana pun, untuk memperoleh kemashlahatan bersama dan ketaqwaan, termasuk usaha mengatasi masalah yang dihadapi bersama dalam masyarakat. Seperti memerangi masalah kemiskinan, pengangguran, kebodohan, Narkoba, premanisme, radikalisme, terorisme, dan sebagainya. Bertindak adil dalam segenap urusan sosial, agama, ras, dan golongan. Bersikap ramah dan beradab dalam menolak seruan atau tantangan pihak mana pun," tandas Dr. Mustafa.

Mustafa yang juga Dosen Undana Kupang itu mengharapkan, kegiatan seminar ini dapat bermanfaat bagi semua, terutama dalam rangka merajut kebhinekaan, yang menjadi bagian dari tanggung-jawab kita bersama dalam membangunan ketangguhan Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur, yang berdasarkan Pancasila.

Sementara itu, narasumber dari Tokoh Agama, Pdt. Jahja A.Millu mengemukan, jika sesama kita tidak belajar bagaimana berjalan bersama dalam harmoni dan damai, kita akan hanyut dan menghancurkan diri sendiri dan orang lain hanya karena kita percaya secara berbeda.

Dijelaskannya, perlu membangun toleransi melalui dialog. Dialog memberi kesempatan untuk memeriksa bersama-sama kecenderungan universal manusia terhadap eksklusivitas, chauvinisme dan kekerasan.

"Melalui dialog agama, semua tradisi agama ditantang oleh pertemuan dengan orang lain. Dalam dialog antaragama, kita tidak hanya mencari kebenaran dalam iman kita sendiri tapi juga agama lain. Oleh karena itu, dialog dianggap sebagai "ziarah umum menuju kebenaran, di mana masing-masing tradisi berbagi dengan yang lain dan menanggapi kebenaran itu," tuturnya.

Melalui proses dialogis tambah Jahja, ada saling memperkaya kehidupan umat beragama yang datang dari berbagai tradisi keagamaan.

"Dalam dialog, ruangan baru perlu diciptakan dalam pemikiran kita, juga tindakan kita. Hal ini mendorong kita untuk berbagi bersama, yang akan menghasilkan pengayaan timbal balik. Bila terdapat cukup ruang untuk dialog keagamaan, berbagi sejati akan terjadi," pintanya.

Tokoh Pemuda yang juga Koordinator Komunitas Peace Maker Kupang (Kompak), Zarniel Woleka,SH menuturkan, merawat kebersamaan, dengan jalan mengenal potensi intoleransi.

"Kondisi Perbedaan di masyarakat, agama, budaya, suku, ras, gender Keindahan dan kekayaan bangsa untuk maju," kata Zarniel.

Untuk diketahui, peserta yang hadir dalam kegiatan seminar tersebut terdiri dari, perwakilan OKP Nasional, OKP Lokal, Ormas dan Pemuda seKota Kupang.
[MP]
Lebih baru Lebih lama