Air Bersih di Belu: Dikeluhkan Warga, Disoroti DPRD, Diupayakan Pemerintah

Atambua, GerbangNTT. Com - Krisis dan kesulitan air bersih masih menjadi perosoalan tersendiri yang dialami masyarakat di wilayah Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Perbatasan RI-Timor Leste.

Khusus di akhir tahun 2019 hingga pertengahan tahun 2020 ini, kesulitan air sangat dirasakan masyarakat baik air minum bersih dan untuk kebutuhan lainnya termasuk kebutuhan untuk pemanfaatan pertanian.

Kesulitan air ini dikeluhkan oleh mayoritas warga di hadapan Bupati Belu, Willybrodus Lay dan Wakil Bupati Belu, JT Ose Luan saat kunjungan kerja Bupati dan Wakil Bupati beberapa hari terakhir ke setiap Desa dan Kelurahan yang ada di Kabupaten Belu.

Tidak saja dikeluhan warga, persoalan air bersih ini juga disoroti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Belu dalam Sidang I DPRD Belu Tahun 2020 yang saat ini tengah berlangsung.

Melalui Fraksi Golkar DPRD Belu dalam sidang dengan agenda penyampaian pemandangan umum fraksi, fraksi Golkar DPRD Belu meminta pemerintah agar mensiagakan mobil-mobil tangki air untuk mendistribusikan air minum bersih secara gratis kepada masyarakat di sejumlah kecamatan.

Fraksi Golkar menekankan hal ini karena hampir setiap musim kemarau, masyarakat Kabupaten Belu menjerit kekurangan air minum bersih. Terutama di tujuh kecamatan yakni, Kecamatan Lamaknen, Lamaknen Selatan, Tasifeto Timur (Tastim), Tasifeto Barat (Tasbar), Nanaet, Lasiolat dan Kakuluk Mesak.

Pemandangan umum Fraksi Golkar disampaikan Manek Rofinus saat Sidang I DPRD Belu terhadap Ranperda tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD T.A 2019 dan dua Ranperda yang diajukan Pemkab Belu, Selasa (15/07/2020) malam lalu.

Terhadap persoalan air bersih yang dikeluhkan warga dan disoroti DPRD Belu, pemerintah Kabupaten Belu terlah berupaya untuk memenuhinya.

Bupati Belu, Willybrodus Lay dalam kunker ke Desa Naekasa, Kecamatan Tasifeto Barat, Kamis (16/07/2020) mengatakan, terkait air bersih ini Pemda Belu terus berupaya dengan mencari dan menyediakan sumber mata air baru.

Menurut Bupati Lay, ada beberapa sumber mata air yang sudah tersedia termasuk instalasi perpipaan hingga penampung air.

Namun demikian akui Bupati Lay, akibat curah hujan yang begitu minim, sehingga sumber mata air baik yang lama maupun yang baru mengalami kekurangan air atau debit airnya sangat minim.

Meski demikian, pihaknya sebagai pemerintah kata politisi Demokrat itu akan berupaya dan berharap dukungan dan doa seluruh masyarakat Belu sehingga persoalan air bersih ini dapat teratasi.

Sementara itu, Wakil Bupati Belu, JT Ose Luan mengatakan sejak tahun 2018, pemerintah sudah mensiagakan mobil tangki air di kecamatan untuk mendistribusikan air minum bersih kepada masyarakat di seluruh kecamatan.

Mobil tangki air kata Wabup Ose Luan selalu berada di kecamatan untuk mendistribusikan air bersih saat musim kemarau.

Wabup Ose Luan menyampaikan hal itu dalam sidang dengan agenda Jawaban Pemerintah atas Pemandangan Umum Fraksi-Fraksi DPRD Belu, Kamis (16/07/2020).

Terpisah, Direktur PDAM Belu, Yunius Koi Asa mengatakan, curah hujan pada tahun 2019 di Kabupaten Belu wilayah Perbatasan Negara RI-RDTL sangat sedikit dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut tentunya mempengaruhi ketersediaan air bersih.

Pada awal musim kemarau tahun 2020 ini saja, debit air di Kabupaten Belu mengalami penurunan yang drastis. Begitu pun beberapa sumber mata air produksi yang dikelola oleh PDAM Belu juga mengalami penurunan debit air.

“Pada masa kepemimpinan saya, baru saya alami curah hujan yang begitu pendek dan itu sangat menggangu produksi air di sumber-sumber mata air yang ada di kabupaten Belu,” kata Yun begitu akrab dikenal seperti dilansir theeast.com Jumat (17/07/2020).

Dijelaskan, sumber air Lahurus debit produksi awalnya 20/liter/detik namun saat ini hanya 17 liter/detik. Akan tetapi air tersebut tidak semuanya masuk ke perkotaan karena memberikan layanan sepanjang jalanan dari Lasiolat sampai Baukoek sehingga air Lahurus yang masuk ke Kota Atambua sekitar 6-9 liter/detik. Selain itu, sumber mata air Weoe yang dulunya dibangun untuk 20 liter/detik, sekarang hanya 4-5 liter/detik.

Begitupun kata Yun, sumber mata air Molos Oan yang konstruksinya untuk 20 liter/detik, saat ini pun debitnya 6-7 liter/detik dan sumur pompa di Silawan awalnya 10 liter/detik, sekarang debitnya 6-7 liter/detik.

Mata air Wematan Tirta A, saat ini 6-8 liter/detik dan mata air Wematan Tirta C 4-6 liter/detik serta sumber mata air Weutu saat ini 15-17 liter/detik.

Sementara itu sumber mata air Wekiar mengalami debit air 0 liter/detik karena paling sedikit mengalami curah hujan bahkan daerah tersebut tidak pernah alami kebanjiran.

“Saat ini, sekitar 55-57 air yang kita PDAM Belu kelola, yang kita produksi untuk membantu dalam pelayanan air kepada masyarakat di Kabupaten Belu khususnya Kota Atambua dan sekitarnya, kecamatan Tasifeto Timur dan Lasiolat,” terang Yun.

[No/G-Ntt]
Lebih baru Lebih lama