Gelontorkan Dana 5,1M Lebih, Tanaman Horti Program Distan Pemda Belu Tak Terukur

GerbangNTT. Com, ATAMBUA – Pemerintah Daerah (Pemda) Belu melalui Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (TPHP) di Tahun 2018 ini menggelontorkan dana sebesar 5,1M lebih khusus untuk pengembangan program tanaman hortikultura.

Pelaksanaan program horti pada dinas TPHP ini merupakan program terobosan dan program prioritas Bupati dan Wakil Bupati Belu dengan menggunakan anggaran sebesar 5,1M lebih yang bersumber dari APBD II tahun 2018 sebesar Rp 231.000.000 dan APBN Rp 4.940.000.000

Kendati demikian, hasil penelusuran media ini diduga pelaksanaan program pengembangan hortikultura dilakukan tanpa ada kesiapan dan tak terukur bahkan tidak ada jenis tanaman unggulan yang berdampak secara ekonomi terhadap masyarakat.

Terkait pelaksanaan program pengembangan hortikultura, sejumlah awak media lainnyapun melakukan penelusuran terkait detail pelaksanaan program melalui Bidang Hortikultura pada Dinas TPHP sejak pekan lalu Jumat (03/08/2018), namun demikian, data yang diminta tak kunjung diberi untuk dirilis.

Kepala Bidang Hortikultura, Helena Abu mengatakan bahwa pihaknya masih menyiapkan data.

"Kami sementara siapkan data, kalau sudah lengkap, nanti kami kontak" jawab Kabid Hortikultura melalui pesan whatsapp.

Sekretaris Dinas TPHP Petrus A.T Manek pada Selasa (07/08/2018) saat ditemui awak media di ruang kerjanya menyampaikan bahwa detail pelaksanaan program dan anggarannya ada pada Bidang Hortikultura.

Petrus mengatakan bahwa sebagai atasan, dirinya mengetahui secara keseluhuran program pada Dinas TPHP. Namun demikian, untuk teknisnya merupakan tanggungjawab Kepala Bidang.

"Untuk lebih lengkap dan detail, teman-teman langsung berurusan dengan Bidang terkait," ujar Patris di hadapan wartawan sembari meminta kabid untuk menyiapkan data.

Upaya awak media untuk mendapat informasi terkait pelaksanaan program pengembangan hortikultura baru berhasil didapat setelah menemui Kepala Bidang Hortikultura, Helena Abu pada Rabu, (08/08/2018) siang.
Kabid Helena mengemukakan, dalam RPJMD untuk horti difokuskan untuk pengembangan pisang dan jahe, namun baru akan dilaksanakan pada Oktober nanti saat musim penghujan.

“Fokus komoditi sesuai RPJMD itu pisang dan jahe. Pisang kita rencana untuk masukan dalam perubahan 10Ha, sementara jahe penyebaran ke kelompok dengan lahan tanam 2Ha, bibit 1000 Kg/1 Ton yang dikembangkan di Desa Naekasa, Kecamatan Tasifeto Barat, itu akan dilakukan pada bulan Oktober 2018 pada awal musim penghujan,” kata Kabid Helena.

Dijelaskan Kabid Helena, pengembangan tanaman horti untuk komuditi jahe ini menggunakan anggaran APBD II Tahun 2018. Selain jahe, pihaknya juga mengembangkan komuditi advokad dan rambutan yang akan dikembangkan tersebar di 12 Kecamatan se-kabupaten Belu.

“Itu ada komuditinya itu pengadaan anakan rambutan, jahe sama advokad. Advokad dan rambutan itu kita belanja persedian. Kita stoknya di dinas nanti permohonan dari masyarakat pribadi, lembaga/institusi. advokad 5000Kg dan rambutan 5000Kg dan itu tersebar di 12 kecamatan. Pengadaannya nanti dekat musim hujan (Oktober). Terus kita ada sayur-sayur, kol, kacang panjang, sawi dan tomat. Sasarannya kelompok tani dan nanti mereka masukan permohonan,” imbuhnya.

Sementara untuk kegiatan yang menggunakan APBN pada program horti jelas Kabid Helena meliputi peningkatan produksi sayuran dan tanaman obat dan peningkatan produksi buah dan florikultura untuk pengembangan kawasan bawang merah 60Ha, kawasan bawang putih 25Ha, kawasan cabai rawit 50Ha dan Kawasan mangga 35Ha yang tersebar di 12 Kecamatan.

“Bentuk fasilitas diantaranyha benih bawang merah, benih cabai rawit, benih bawang putih, bibit mangga, pupuk, mulsa plastic, insektisida, fungisida, pompa air, perpipaan, springkel, handsprayer dan terpal,” ujarnya.

Menurutnya progress program tanaman horti dengan menggunakan anggaran APBN ini untuk benih bawang merah, cabai rawit dan pupuk telah diserahkan kepada kelompok tani penerima bantuan, sedangkan benih bawang putih, pompa air dan sarana budidaya lainnya masih dalam proses pengadaan.

“Luas pertanaman cabai rawit telah mencapai 20%, sebagian masih dalam proses persemaian dan sebagian lagi dipersiapkan untuk dikembangkan pada awal musim hujan. Luas pertanaman bawang merah baru mencapai 5% karena benih diterima petani pada bulan Juni 2018, sedangkan persemaian bawang merah bawang tuk-tuk membutuhkan waktu 40-45 hari. Sebagian lagi masih dalam proses persemaian. Diperkirakan pada akhir September 2018 luas tanam dapat mencapai 100%,” beber Kabid

“Bawang merah 10 kecamatan 60 kelompok 60Ha. Perkelompok kelola 1Ha karena mengingat kemampuan petani untuk mengelola luasan lahan yang ada dan juga sumber air yang masih sangat minim,” sambung Helena.

Lebih lanjut tambah Kabid Helena, untuk kegiatan kawasan mangga akan dilaksanakan pada akhir Oktober 2018 pada awal musim penghujan.

Ketika disinggung terkait komuditi rambutan apakah bisa dikembangkan di Kabupaten Belu Helena mengemukan bahwa rambutan bisa tumbuh di belu dan ada banyak yang sudah tanam sendiri dan berbuah.

Sementara terkait pasar, Helena menuturkan bahwa pengembangan horti dengan jenis komuditi yang tengah dikembangkan memang belum berpengaruh terhadap pendapatan ekonomi pada level agribisnis, tetapi bisa untuk tambahan pendapatan dan peningkatan ekonomi rumah tangga.

“Rambutan melihat dari iklim sini sebenarnya bisa. Kalau kita melihat kan rambutan yang didatangkan dari luar di Belu dan dijual mahal sekali, padahal kita kan bisa kembangkan. Selama ini kan masyarakat kita familiar dengan padi dan jagung, tapi itu kan rata-rata hanya untuk konsumsi sendiri. Sedangkan komuditi seperti cabai dan bawang yang ditanam dengan luasan seperti itu (60Ha) ini kan masyarakat bisa jual untuk memenuhi kebutuhan ekonomi walaupun belum sampai agri bisnis tapi kan bisa ada tambahan pendapatan dan peningkatan ekonomi rumah tangga,” pungkasnya.

[g-ntt/mp]
Lebih baru Lebih lama