Dari Ucapan Warga Perbatasan hingga Goyang Tobelo di HUT Bhayangkara ke-72 di Belu

GerbangNTT. Com, ATAMBUA - Menyambut HUT Bhayangkara yang jatuh pada 1 Juli 2018 khususnya di wilayah perbatasan RI-RDTL, Timor Barat, Kabupaten Belu kali ini berbeda dengan sebelumnya.

Sebelumnya HUT Bhayangkara yang hanya dilaksanakan oleh ibu-ibu Bhayangkari di Aula gedung, kali ini berbeda karena dilaksanakan bersama masyarakat di Desa/Kampung.

HUT Bhayangkara Tahun 2018 yang ke-72 di Polres Belu berbeda karena diprakarsai Kapolres Belu, Dandim 1605/Belu dan Dansatgas Pamtas RI-RDTL Yonif 743/Psy Sektor Timur dengan melibatkan seluruh personil baik TNI maupun anggota Polres Belu sendiri bahkan ratusan warga masyarakat perbatasan di empat Desa yakni Desa Sadi, Sarabau, Umaklaran dan Bauho se-Kecamatan Tasifeto Timur.

Ratusan warga yang hadir sangat antusias mengikuti berbagai kegiatan yang dikemas dalam bentuk Bhakti Sosial (Baksos) menyambut HUT Bhayangkara ke-72 yang berlangsung di halaman depan SMP N 1 Sadi seperti pemeriksaan dan pengobatan gratis, pembagian sembako dan pasar murah.
Disaksikan gerbangntt.com, disela mengikuti pemeriksaan dan pengobatan gratis dan sebelum menerima sembako, warga yang hadir membentuk barisan berbaur bersama ibu-ibu bhayangkari, seluruh personil anggota TNI dan Polres Belu bersama Tokoh Agama, Kapolres Belu, Dandim 1605/Belu dan Dansatgas Pamtas RI-RDTL Yonif 743/Psy Sektor Timur mengucapkan selamat HUT Bhayangkara.

Mereka mengepal dan mengacungkan tangan lalu dengan suara lantang mengucapkan "Selamat HUT Bhayangkara ke-72, Semoga Tetap Jaya. Merah Putih".

Usai mengucapkan selamat HUT Bhayangkara, mereka membentuk barisan (lingkaran) lalu tebe bersama.

Tidak hanya sampai disitu, meski dibawah terik matahari, acara HUT Bhayangkara ke-72 semakin meriah lantaran dihibur personil Anggota TNI, Polri dan Polwan dengan Goyang Tobelo dipimpin langsung Kapolres Belu dan Dansatgas Pamtas RI-RDTL Yonif 743/Psy Sektor Timur.

Goyang Tobelo ini pertama kali terkenal di Ambon dan Maluku. Goyangannya sebenarnya sederhana dan mirip dengan senam poco-poco yang dulu juga pernah terkenal. Tapi sekarang, Goyang Tobelo hampir diikuti dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari anak sekolah hingga pejabat.

Lagu Hioko Tobelo dalam liriknya jelas menggambarkan sebuah kerinduan seorang anak rantau atas tanah kelahirannya. Hal ini sangatlah masuk akal, terlepas dari sebuah kewajiban seorang perantau untuk selalu mengenang tanah kelahiran, Tobelo ternyata memiliki sejuta alasan untuk selalu dikenang dan diingat khususnya refleksi di HUT Bhayangkara untuk mendukung karya Polri dalam mengembankan tugas dan pengabdian.

[g-ntt/mp]
Lebih baru Lebih lama