Tingkatkan Ekonomi, BI Perkuat Kewirausahaan Petani Bawang Tuk-Tuk di Belu.

GerbangNTT. Com, ATAMBUA - Pemahaman petani bawang merah tuk-tuk  tentang aspek pemasaran seringkali masih terbatas.

Umumnya lingkup kegiatan pemasaran yang dilakukan petani bawang merah tuk-tuk yang merupakan salah satu klaster binaan Bank Indonesia (BI) Provinsi NTT ini baru sekedar menjual hasil komoditas yang diproduksi.

Hal ini dikemukakan Konsultan Pengembangan UMKM BI Provinsi NTT, Yos Boli Sura dalam kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi klaster bawang merah binaan Bank Indonesia di Desa Fatuketi, Kecamatan Kakuluk Mesak, Kabupaten Belu, Timor Barat, Perbatasan RI-RDTL, Kamis (08/02/2018).

Dalam memasarkan komoditas jelas Yos, petani banyak mengandalkan pedagang pengumpul yang datang ke desa ketika musim panen, sehingga petani tidak mengetahui harga pasaran yang sesungguhnya.

"BI menginginkan klaster dampingan memeliki cara berpikir bisnis dalam menjakankan usaha budidaya bawang merah dalam bingkai kewirausahaan. Karena itu kami melatih mereka caranya menghitung biaya produksi sehingga mereka bisa menetapkan harga jual yang wajar dan menguntungkan bagi usaha mereka," imbuhnya.

Usaha pertanian bawang merah tuk-tuk tambah Yos perlu dikembangkan dalam bingkai kewirausahaan. Untuk itu harus tau dan menguasai teknik mulai dari budidaya sampai pemasaran.
"Sehingga petani memeliki kesempatan untuk memaksimalkan pendapatan dan ada peningkatan ekonomi petani dari komoditas yang dihasilkan," sambung Yos.

Sebelumnya, Kepala BI Provinsi NTT Naek Tigor Sinaga melalui Asisten Manager Pelaksanaan Pengembangan UMKM BI Provinsi NTT, Satria Yudistira mengatakan dalam rangka mengendalikan inflasi dari sisi suplai, Bank Indonesia melalui kantor perwakilan dalam negeri melaksanakan fungsi pengembangan UMKM.

Dikatakan, pengembangan UMKM di Kabupaten Belu, BI bekerjasama dengan Pemda, BPD NTT dan Bulog sejak tahun 2016 lalu telah dilakukan pengembangan komoditas ketahanan pangan bawang merah melalui pola klaster.

"Pengembangan kali ini diberikan dalam bentuk pelatihan kewirausahaan," ungkap Yudis akrab disapa.

Diharapkan dengan pelatihan yang diberikan, klaster mendapat gambaran dasar tentang konsep bisnis sederhana seperti harga jual dan biaya produksi.

"Kita juga berharap, klaster dapat mengidentifikasi posisinya dalam rantai bisnis yang pada gilirannya dapat membantu klaster dalam menguatkan bargaining position dalam menentukan harga jual," pungkasnya.

Koordinator petani bawang merah tuk-tuk yang juga penyuluh pertanian Desa Fatuketi, Marcelinus Heuk ketika dimintai tanggapannya terkait pelatihan tersebut mengaku senang karena selama ini petani sudah budidaya dengan baik, banyak hasil saat panen tetapi selalu merasa rugi karena kurang mengetahui harga di pasaran.

"Kita senang karena bisa membuka wawasan kita. Kedepan kita akan menjual dengan mendapat keuntungan sehingga bisa meningkatan kebutuhan ekonomi keluarga seperti pendidikan, kesehatan dan lain-lain," katanya.

Untuk diketahui, kegiatan pelatihan tersebut juga menghadirkan narasumber dari Fasilitator Koperasi Dinas Koperasi NTT, Jemmy Manu dan diikuti puluhan petani bawang merah tuk-tuk klaster binaan BI Provinsi NTT diantaranya kelompok tani Rukun Atap, Moris Foun, Satu Hati, Sehati, Sahabat A, Sahabat B dan Sinar Sahabat yang tersebar di Desa Fatuketi dan Dualaus, Kecamatan Kakuluk Mesak.

[g-ntt/mp]
Lebih baru Lebih lama