Hadir dalam upacara peringatan HUT Juang Kartika ke 72 di Makodim 1605/Belu, Jumat (15/12/2017) itu bagi Bupati Thorig Husler serasa di kampung sendiri.
Kepada wartawan usai mengikuti upacara, Bupati Husler berkisah tentang kehidupan masa lalu ketika menghabiskan waktu masa kecilnya di Kabupaten Belu.
"Boleh dibilang, saya lahir dan besar di sini. Tempat bermain saya di Tenu Bot. Teman-teman bermain juga masih ada yang di sini. Bersama orang tua, kami hidup di sini bersama masyarakat. Hingga, saya sekolah di SMA di sini pada tahun 1982," katanya.
Bupati Husler menuturkan Kabupaten Belu seperti kampung sendiri. Ia baru sempatkan diri ke sini. Kerinduan untuk pulang sudah lama diingininya saat menjabat wakil bupati. Tapi tidak sempat.
"Karena Tuhan berkenan, saya terpilih menjadi bupati, baru saya sempatkan diri saat ini. Saya tidak menyangka kalau datang kembali dan suasananya sudah berubah. Saya tidak menyangka, saya bisa jadi bupati dan pulang kembali ke Belu. Saya di sini, ikut orang tua yang bertugas sebagai prajurit TNI," tuturnya.
"Orang tua saya harapkan saya bisa menjadi seorang dokter. Tapi, ternyata Tuhan berkehendak lain. Saya menjadi aparat pemerintah hingga menjadi wakil bupati dan bupati saat ini," kisah Bupati Husler mengenang.
Diyakini, keberhasilan yang dicapai karena dukungan orang tua.
"Kita bisa menjadi besar, karena orang-orang tua kita yang mendidik kita dengan penuh disiplin dan kerja keras. Kita harus hargai jasa mereka," ujar Bupati Husler yang mengaku biasa dipanggil dengan nama kecilnya Suler dalam pergaulan setiap hari.
Sehingga, kata Bupati Husler perlu menjaga nama baik korps TNI dan Polri.
"Saya juga Ketua FKPPI Kabupaten Luwu Timur. Sebagai anak kolong, putera-puteri purnawirawan TNI dan Polri harus hargai jasa baik orang tua, para pejuang dan pahlawan yang berjasa bagi bangsa ini," pinta Bupati Husler.
[g-ntt/mp]
