Petani Garam Oesoko-TTU Keluhkan Minimnya Sarana Penunjang

GerbangNTT. Com, KEFAMENANU - Budidaya garam di Pantai Utara, Desa Oesoko, Kabupaten Timor Tengah Utara, Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terkendala lantaran tidak memadainya sarana dan prasarana penunjang seperti tempat penjemuran, alat angkut menuju lokasi budidaya dan alat transportasi pemasaran.

Hal tersebut disampaikan Ketua Kelompok Petani Garam Oesoko Alfons Tune ketika ditemui gerbangntt.com, Sabtu (16/12/20017).

"Kami sudah berjalan 3 tahun dan hanya mengandalkan peralatan seadanya. Coba saja tempat penjemuran itu dibuatkan semacam tenda pelindung supaya jangan kena air hujan, pasti pada musim hujan pun kami tetap produksi garam," ujar Alfons.

Alat transportasi kata Alfons sangat dibutuhkan untuk mempermudah pemasaran hasil produksi garam tersebut.

Menurut Alfons, keluhan terkait minimnya sarana peninjang sudah disampaikan kepada Wakil Bupati Timor Tengah Utara, Aloysius Kobes dalam lawatannya ke Desa Oesoko dalam rangka melakukan panen simbolis garam super beryodium didesa tersebut.

"Selama ini kan kita jual ke masyarakat pakai motor. Sekali jalan kita cuma bisa bawa 200-300 bungkus. Satu bungkus garam harganya Rp. 1000 jadi kita dapat 200-300 ribu sekali jalan. Itu belum dibagi ke anggota kelompok berjumlah 32 orang, ditambah uang transportasi dan lain-lain. Sendainya kita pake oto kan pasti bisa bawa garam dalam jumlah yang banyak. Saya sudah usul ke pak wakil (Wakil Bupati TTU) soal kendala ini, cuma kami diminta untuk menunggu saja," pinta Alfons.

[g-ntt/ernezto]
Lebih baru Lebih lama