Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Baru
Harga emas melonjak ke level tertinggi sepanjang masa pada perdagangan hari Selasa, 9 September. Kenaikan ini didorong oleh ekspektasi pasar yang semakin kuat bahwa bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve, akan melakukan pemangkasan suku bunga sebanyak tiga kali hingga akhir tahun ini.
Kontrak emas berjangka (COMEX) untuk pengiriman terdekat ditutup pada angka $3.677,4 per troy ons, mengalami kenaikan signifikan sebesar $24,1. Pada satu titik, harga emas bahkan sempat menyentuh $3.647 per ons, melampaui rekor yang dicetak pada hari sebelumnya. Dalam dua hari perdagangan terakhir, harga logam mulia ini telah terapresiasi sebesar 2,5%.
Optimisme pasar terhadap pemangkasan suku bunga AS dipicu oleh rilis data ketenagakerjaan AS pada 5 September yang lebih lemah dari perkiraan. Hal ini memperkuat spekulasi bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan moneternya, termasuk dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) yang akan datang. Penurunan biaya pinjaman atau suku bunga secara umum meningkatkan daya tarik emas sebagai aset investasi yang tidak memberikan imbal hasil bunga.
Rangkuman Harga Komoditas Utama per 8 September
Berikut adalah ringkasan harga beberapa komoditas internasional utama lainnya:
-
Minyak Mentah WTI (NYMEX): Menguat $0,39 menjadi $62,26 per barel.
-
Perak (COMEX): Naik 35,2 sen menjadi 4.142,6 sen per troy ons.
-
Gandum (Chicago): Terdorong 4,50 sen ke level 505,50 sen per gantang (bushel).
-
Jagung (Chicago): Bertambah 4,00 sen menjadi 403,00 sen per gantang.
-
Kedelai (Chicago): Naik 7,00 sen ke posisi 1.013,50 sen per gantang.
-
Indeks CRB: Menguat 1,63 poin menjadi 299,40.
Pasar Jepang Bergejolak Pasca Pengunduran Diri PM Shigeru Ishiba
Di Jepang, pengumuman pengunduran diri Perdana Menteri Shigeru Ishiba secara efektif telah memulai bursa pemilihan ketua Partai Demokrat Liberal (LDP) yang baru, yang juga akan menjadi perdana menteri berikutnya. Para pelaku pasar keuangan dan saham tidak menunggu lama dan sudah mulai memperhitungkan dampak kebijakan dari para kandidat potensial.
Sebagai reaksi atas mundurnya PM Ishiba yang dikenal disiplin dalam kebijakan fiskal, pasar Jepang pada hari Senin, 8 September, bergerak signifikan. Pasar mengantisipasi bahwa pemerintahan baru akan meluncurkan stimulus ekonomi yang didukung oleh belanja fiskal yang agresif dan menunda waktu kenaikan suku bunga tambahan oleh Bank of Japan (BOJ). Akibatnya, indeks saham Jepang melonjak tajam, nilai tukar yen melemah, dan pasar obligasi mencatatkan pembelian pada kontrak berjangka.
Saat ini, dua nama yang menjadi pusat perhatian sebagai kandidat kuat adalah Sanae Takaichi, mantan Menteri Keamanan Ekonomi, dan Shinjiro Koizumi, Menteri Pertanian dan Kehutanan, yang keduanya menempati posisi teratas dalam pemilihan ketua partai sebelumnya.
Proyeksi Pasar Terhadap Kandidat dan Arah Kebijakan
Menurut laporan surat kabar Yomiuri, pemilihan ketua LDP yang baru dijadwalkan akan berlangsung pada awal Oktober. Namun, ketidakpastian politik tetap tinggi. Koalisi partai berkuasa saat ini tidak lagi memegang suara mayoritas di kedua majelis parlemen, sehingga belum dapat dipastikan apakah ketua LDP yang baru dapat dengan lancar terpilih sebagai perdana menteri. Kondisi ini berpotensi menciptakan volatilitas tinggi di pasar saham, obligasi, dan valuta asing seiring para investor mencoba menerka siapa kandidat yang akan maju.
Carol Kong, seorang ahli strategi di Commonwealth Bank of Australia, menyatakan kekhawatirannya bahwa perdana menteri berikutnya kemungkinan besar akan cenderung pada kebijakan ekspansi fiskal. “Ini dipandang negatif untuk pasar Jepang dan akan terus memberikan tekanan pelemahan pada yen dalam jangka pendek,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa ketidakpastian politik juga “meningkatkan risiko penundaan kenaikan suku bunga oleh BOJ, yang menjadi faktor negatif lainnya bagi yen.”
Analis pasar senior dari Capital .com, Kyle Rodda, sependapat. Jika mundurnya PM Ishiba mengarah pada kebijakan fiskal yang lebih longgar, maka pertanyaan selanjutnya bagi pasar adalah “bagaimana Bank of Japan akan merespons risiko kenaikan inflasi yang mungkin terjadi.”
Secara khusus, pasar memandang Sanae Takaichi sebagai figur yang “dovish”. Kombinasi kebijakan fiskal agresif dan pelonggaran moneter yang diusungnya dianggap akan menjadi sentimen positif bagi pasar saham Jepang, namun akan mendorong pelemahan yen lebih lanjut dan berpotensi menyebabkan kurva imbal hasil (yield curve) obligasi pemerintah menjadi lebih curam.